[Indonesia Campur] Dari K dan Harapan untuk Kakao Sulawesi (2)
Sebenarnya, selain Mr. Keiichi Yoshino, CEO Dari K, saya sudah pernah ketemu beberapa orang Jepang yang berminat tentang kakao Sulawesi. Ada seorang mahasiswa Jepang yang mau melakukan kajian tentang petani kakao, dan ada juga suatu perusahaan coklat Jepang yang berminat impor kakao Sulawesi jika mutunya terjamin.
Namun, Mr. Yoshino sangat berbeda dari mereka. Hobinya Mr. Yoshino adalah backpacking atau jalan-jalan seluruh dunia. Dia langsung mengunjungi rumah petani kakao di Palopo tanpa persiapan secara mantap. Ikut membantu mengurus biji kakao bersama petani tersebut. Memang Mr. Yoshino belum paham tentang kakao karena baru mampir ke Sulawesi dan langsung ke rumah petani kakao itu yang baru kenal. Namun, dia langsung menangkap tantangan utama kakao, yaitu, masalah harga. Akhirnya, dia terpaksa membeli kakao dari petani tersebut sebagai balasan keberadaannya secara gratis dan terpaksa membawa ke Jepang. Waktu dengar cerita ini dari Mr. Yoshino, saya heran mana mungkin ada orang yang membeli kakao dari petani yang baru kenal kali ini.
Ini cerita paling awal tentang Mr. Yoshino dan petani kakao Sulawesi. Dan luar biasanya, dia memutuskan mulai bisnis kakao dengan kakao yang terpaksa dibawa ke Jepang. Tentu saja kakaonya belum difermentasikan.
Namun, cerita ini tidak jadi sia-sia.
Petani kakao di Sulawesi tidak semuanya mau ikut urus kakao non-fermentasi saja, meskipun sangat sulit melakukan fermentasi secara sendirian. Di Polewali, ada seorang pemimpin petani kakao yang ingin meningkatkan mutu kakao dengan fermentasi, meski terpaksa ikut non-fermentasi. Namanya Pak Herwin. Akhirnya, Mr. Yoshino ketemu Pak Herwin, bersama dua orang temannya yang tenaga ahli bimbingan kakao. Tanpa pertemuan ini, Dari K tidak mungkin berkembang sampai saat ini.
Pak Herwin dulu menyesal karena belum ada sesama petani kakao yang ikut fermentasi bersama dia. Dia sendiri memegang harapan supaya kakao Sulawesi diakui sebagai kakao bermutu di pasar dunia. Setelah bertemu Mr. Yoshino, meski belum bisa percaya betul, Pak Herwin mau mencoba berupaya menningkatkan mutu kakaonya.
Mr. Yoshino bersama Pak Herwin sering mengunjungi petani kakao di lapangan dan membumikan apa yang diinginkan oleh Mr. Yoshino dan Pak Herwin. Mimpi mereka berdua merupakan sama. Pak Herwin ingin menghasilkan kakao bermutu untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Mr. Yoshino ingin berubah imej kakao Sulawesi dengan fermentasi dan menghasilkan kue coklat yang bermutu tinggi. Utamanya untuk petani kakao. Maka, Mr. Yoshino melibatkan diri sampai ke petani dan tidak puas hanya sekedar pembeli biji kakao dari Jepang.
Caranya sangat sederhana. Jika petani membuat kakao fermentasi yang sesuai standar yang ditentukan Dari K, Dari K membayar premium ditambah harga kakao. Itu saja. Tidak ada beras kasihan. Bayar lebih kepada yang bagus. Itu saja. Makin berusaha menghasilkan kakao yang bagus, makin dapat penghasilannya. Maka, sudah jelas mengapa petani A bisa dapat lebih daripada petani B karena mutu kakao petani A lebih baik daripada petani B. Jelas sekali dan adil. Sangat simpel.
Mr. Yoshino melihat petani kakao belum tahu hasil kakao mereka menjadi apa. Beum sambung antara biji kakao dan kue coklat. Dalam proses dari biji kakao sampai kue coklat terakhir, pengolah dan chocolatier yang paling menikmati marjinnya. Oleh karena itu, Mr. Yoshino memutuskan mesin pengolahan kakao untuk membuat kakaomas ditempatkan di rumah Pak Herwin. Mesinnya bukan yang sederhana tapi yang digunakan oleh profesional. Dengan demikian, Pak Herwin dan petani kakao belajar pemanfaatan mesin pengolah yang bagus ini, sambil memperdalam teknik fermentasi kakao. Untuk mesin pengolah, masalahnya ketidakstabilan listrik. Namun, suatu saat nanti, Pak Herwin akan membuat kakaomas dan minuman & kue coklat secara rutin dan lebih banyak.
Awalnya, petani kakao di Polewali belum percaya tentang apa yang terjadi di sekitar Pak Herwin. Pak Herwin dkk memberi bimbingan secara terus kepada teman-temannya dan jumlah petani yang ikut Pak Herwin bertambah sedikit demi sedikit.
Dari K bukan sekedar pembeli kakao Sulawesi. Dari K ingin membuat dunia yang mana orang yang berusaha sungguh-sungguh bisa dibalas dengan imbalan yang wajar. Makin kerjanya baik, makin mendapat penghargaannya. Selain itu, petani kakao juga harus tahu produk hasil kakaonya. Saat ini, Dari K menyelenggarakan kuliah khusus di SD untuk membuat kue coklat dari biji kakao secara manual. Siapa tahu, akan muncul anak petani kakao yang menjadi chocolatier terkemuka di dunia. Inilah mimpi saya juga.
Tetapi, mangapa motivasi petani kakao di bawah Pak Herwin begitu kuat dan berlanjut karena hanya pembayaran yang wajar oleh Dari K? Sebenarnya masih ada satu hal yang mempengaruhi motivasi petani kakao disana. Yaitu, kedatangan Cacao Tour oleh konsumen kue coklat Jepang setiap tahun.
(Bersambung)